Covid-19 telah mendorong pendidikan menuju transformasi digital berbentuk berbagai bisnis edtech, khususnya e-learning. Sektor ini memiliki pasar yang berkembang pesat. Pasar e-learning di Indonesia terus berkembang dan diproyeksikan akan mencapai nilai US$0,62bn pada tahun 2027. Pasar e-learning di seluruh dunia juga menunjukkan hasil dan pertumbuhan yang serupa. Terkait dengan peluang yang menguntungkan ini, HolonIQ, sebuah perusahaan intelijen investasi, melaporkan bahwa investasi di bisnis edtech meningkat tiga kali lipat dibandingkan dekade sebelumnya sebesar $4,5 miliar.
Temuan di atas menunjukkan peluang menggiurkan bagi perusahaan edtech termasuk penyedia e-learning. Mereka harus berlomba-lomba memberikan daya tarik pada program e-learning yang mereka miliki untuk mendapatkan sebanyak mungkin pendaftar guna memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Banyaknya peminat e-learning yang jumlahnya terus meningkat bukanlah pernyataan mitos belaka. Berdasarkan McKinsey, Massive Open Online Courses (MOOC), kursus online berbasis web yang dirancang untuk pengguna dalam jumlah besar, mencapai 300.000 peserta didik pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2019. Selama pandemi Covid-19, meningkat hingga 92% pada tahun 2020. Dua platform terkemuka MOOC, Coursera dan edX telah membuktikan hal tersebut. Menurut We Forum, Coursera menerima 21 juta siswa pada tahun 2016. Meningkat menjadi 71 juta pada tahun 2020 dan 92 juta pada tahun 2021. Selain itu, edX mencapai 81 juta siswa pada tahun 2019 dan lebih dari 110 juta pada tahun 2020. Jumlah tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun.
Selain kemudahan akses dan biaya yang relatif terjangkau, Coursera dan edX menawarkan program gelar dan non-gelar yang dapat menarik lebih banyak pendaftar secara efektif. Kursus non-gelar diberikan secara gratis dan demikian sebaliknya. Mereka bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi agar kredit peserta didik dapat ditransfer ke tingkat universitas atau pendidikan tinggi lainnya. Pelajar dari seluruh dunia dapat merasakan belajar di universitas bergengsi yang mereka inginkan seperti Yale, Michigan, Stanford, dll. dengan mudah tanpa harus hadir ke gedung kampus karena perkuliahan dilakukan sepenuhnya secara online. Orientasi program ini lebih dari sekedar pembelajaran tetapi juga mempersiapkan mereka pada kehidupan dunia kerja. Gelar online sudah valid dan juga diakui oleh perusahaan-perusahaan profesional.
Wajar saja jika kursus online dengan gelar bersertifikat tersebut mendapatkan peminat yang tinggi karena fleksibilitas waktu, tempat, dan biaya kuliah. Mereka yang memiliki keterampilan tertentu tapi tidak memiliki gelar formal dari kampus akan dapat mendaftarkan diri dan mendapatkan profesi yang lebih baik. Mereka yang ingin merasakan pendidikan pasca sekolah menengah tetapi memiliki dana terbatas untuk mendaftar di kampus offline akan mendapatkan solusinya. Karyawan dengan kesibukannya tetapi ingin memperdalam atau menambah keterampilan lain akan terfasilitasi.
Di Indonesia, beberapa kampus sudah memiliki program perkuliahan online. Misalnya Universitas Bina Nusantara, Universitas Mercu Buana, Universitas Al-Azhar, dll. Peminatnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan online memiliki prospek bisnis yang sangat baik.
Mempertimbangkan kondisi di atas dimana gelar online dapat diraih dengan mudah melalui kursus atau kuliah berbasis MOOC. Pasar e-learning juga terus meningkat karena perusahaan edtech dan start-up terus mendukung transformasi digital pendidikan. Artinya, penyelenggara pendidikan tinggi sedang ditantang. Jadi, bagaimana mereka bisa menjadikan tantangan ini sebagai peluang yang berharga?
Penyedia pendidikan tinggi seperti universitas harus meningkatkan dan menambahkan opsi kursus mereka dengan program blended learning dan pembelajaran online. Lembaga pelatihan juga dapat melakukan hal yang sama untuk memfasilitasi para long-life learners.
Berikut adalah beberapa poin untuk beradaptasi dalam mengambil tantangan menjadi peluang terkait maraknya gelar online.
Diskon Uang Kuliah
Program pembelajaran online membutuhkan biaya yang lebih rendah karena dapat mengurangi pengeluaran fakultas. Oleh karena itu, universitas dapat menawarkan potongan biaya kuliah untuk para pelajar. Hal itu akan menjadi tawaran yang menarik. Institusi yang berpikiran maju telah melakukannya. Misalnya, University of Illinois memberikan diskon kuliah sebesar $22.000 untuk seluruh gelar MBA. Dengan memanfaatkan lebih dari 50 gelar berbasis MOOC di seluruh dunia dengan berbagai harga dan diskon, Georgia Tech berhasil mendapatkan lebih dari 10.000 pendaftar untuk musim gugur ini. Georgia Tech adalah perintis master online dalam ilmu komputer yang harganya hanya $7.000.
Berdasarkan Harvard Business Review, “Penggabungan beberapa universitas dan kursus serta program mereka ke dalam platform terdistribusi tunggal juga membuka saluran bisnis-ke-bisnis (B2B) baru melalui kemitraan langsung dengan pemberi kerja.” Artinya, pemilik institusi atau lembaga pelatihan yang memiliki program e-learning dapat mengambil kesempatan berharga ini. Mereka dapat menawarkan kredit kursus yang dapat ditransfer ke perguruan tinggi dan kredensial lainnya. Hal tersebut telah dilakukan oleh beberapa lembaga. Salah satunya adalah Udemy dengan membungkus program itu seperti Netflix dengan opsi berlangganan bulanan.
Dukungan Kecerdasan Buatan (AI).
Pandemi Covid-19 memaksa institusi melakukan e-learning secara terburu-buru. Banyak dari mereka yang melakukannya dengan cara sederhana seperti menggelar konferensi melalui Zoom. Namun, teknologi untuk mendukung e-learning terus dikembangkan. Misalnya, Artificial Intelligent (AI) yang dapat memberi pelajar lebih banyak layanan yang berpusat pada pelanggan. Georgia Tech adalah pelopor dalam menggunakan asisten pengajar berbasis AI untuk program gelar online-nya. Banyak juga universitas yang saat ini menerapkan chatbots yang sepenuhnya berbasis AI. Terintegrasi dengan LMS yang berfungsi untuk memberdayakan layanan mahasiswa seperti data personal, pendaftaran, dan batas waktu kursus.
Prioritaskan Strategi Digital
Perkembangan teknologi mendesak pimpinan perguruan tinggi dan pembuat kebijakan untuk melakukan transformasi digital sesuai kebutuhan inti bisnis mereka yang fokus pada terlaksananya pembelajaran dan penganugerahan kredensial. Banyak universitas ternama memutuskan untuk melompat maju dengan menjalin kemitraan dengan manajer program online dengan model usaha patungan dan kontrak selama satu dekade bernilai jutaan dolar untuk bidang akademik inti yang penting.
Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam menghadapi maraknya gelar online, penyedia pendidikan pasca-sekolah menengah termasuk universitas, organisasi pelatihan, dan penyedia e-learning lainnya perlu mengambil bagian dalam transformasi digital untuk pendidikan. Berfungsi untuk menjaga agar lembaga tetap update dan menarik bagi generasi pembelajar masa kini dengan berbagai latar belakang. Jika tidak, semua institusi tersebut akan tertinggal.
Hal terpenting yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan pembelajaran online adalah menyediakan LMS. Perlu diperhatikan pentingnya memberi mereka pengalaman yang baik dalam belajar online sehingga LMS yang digunakan harus proven. Selain itu, karena salah satu tujuan dalam mengadakan kursus online adalah untuk menjangkau lebih banyak pendaftar guna memfasilitasi lebih banyak pembelajar, pilihlah hanya LMS yang dapat menampung sejumlah besar pengguna dalam satu waktu. Jika tidak, peserta didik akan terganggu dengan masalah situs down atau gangguan teknis lainnya. Hal itu terjadi pada Home Based Learning MOE Singapura pada hari pertama belajar di rumah akibat Covid-19. Terkait dengan hal ini, kami merekomendasikan Katalis.App, penyedia LMS yang bekerja di bawah Open edX, solusi pembelajaran terkemuka yang melayani pendidikan tinggi, perusahaan, dan organisasi pemerintah yang telah digunakan oleh lebih dari 55 juta pelajar.
0 Comments
Leave A Comment