Guru atau fasilitator memiliki peran besar dalam mendesain sebuah pembelajaran. Peran tersebut antara lain meliputi pembuatan scaffolding atau Langkah-langkah pembelajaran, memastikan perangkat dan media mengajar yang efektif untuk digunakan, dan mengupayakan keterlibatan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Ketiga komponen tersebut dapat menjadi faktor pendukung tercapainya kesuksesan sebuah pembelajaran.

Beberapa teori dikembangkan khusunya untuk merumuskan scaffolding yang efektif dan meningkatkan kesertaan siswa. Namun, terkadang teori-teori tersebut kurang relevan untuk diterapkan di dalam kelas virtual. Banyak kalangan yang masih kesulitan atau merasa ragu untuk menentukan langkah-langkah dalam membangun pembelajaran virtual. Bahkan banyak kasus ditemukan dalam proses pembelajaran online guru hanya memberikan materi untuk dibaca dan tugas untuk diselesaikan oleh siswa secara mandiri. Tidak ada pembahasan materi secara klasikal maupun kolaborasi siswa dalam kelompok. Kegiatan belajar menjadi kurang bermakna dan kurang efektif  bagi siswa. Padahal saat ini trend kelas virtual sedang banyak menjadi pilihan karena berbagai keuntungan yang ditawarkan maupun karena tuntutan keadaan. Dengan demikian, hadirlah sebuah tantangan bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran online. salah satu caranya adalah dengan memberikan porsi perhatian yang besar pada langkah-langkah membangun pembelajaran online agar tercipta lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan.

Salah seorang professor dari Leicester University, Prof. Gilly Salmon, adalah salah satu peneliti yang kemudian mengembangkan teori untuk menjadi solusi permasalahan di atas. Hal ini bermula saat Salmon bekerja untuk sebuah universitas terbuka dengan sistem pembelajaran online. Universitas tersebut memiliki ribuan mahasiswa dari berbagai daerah pedalaman di UK dan Eropa. Mereka saat itu memiliki akses teknologi yang belum sempurna. Salmon mengamati permasalahan dan segala hal yang terjadi dalam lingkungan digital tersebut. Hasil penelitiannya dikembangkan untuk membantu orang lain mendapatkan refrensi tentang lingkungan pembelajaran online dan bagaimana menggunakan sistem manajemen pembelajaran online yang dimiliki oleh institusi. Salah satunya disebut dengan model 5 tahapan Salmon.

Salmon 5 Stage Model

Model 5 tahapan Salmon adalah sebuah framework yang dapat dijadikan acuan bagi para pendidik dan desainer pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran online maupun blended learning yang sukses. Model tahapan tersebut merupakan proses perkembangan terstruktur yang diharapkan bisa mempermudah siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran online dan sekaligus meningkatkan kecakapan mereka untuk bekerja sama dalam kelompok. Selain itu, tahapan Salmon juga dibuat untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa. Berikut adalah tahapannya.

 

Tahapan 1 Akses dan Motivasi

Pada tahap pertama guru atau pendesain pembelajaran harus menentukan platform, sistem manajemen, sistem media sosial, atau aplikasi yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran online. Setelah menentukannya, hal yang tak kalah penting adalah memastikan bahwa platform dan semua sistem yang digunakan dapat diakses dengan mudah oleh siswa. Kemudahan dalam mengakses ini akan mengeliminasi setidaknya satu beban bagi siswa. Bahkan, mereka akan tertarik untuk terus berkutat dengan platform atau sistem yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran.

Selain akses yang mudah, dalam tahap pertama ini guru harus memberikan sapaan layaknya mengajar dalam kelas tatap muka. Sapaan dapat berupa ucapan selamat datang dan dan motivasi. Komunikasi semacam ini penting untuk dilakukan guna membuat para siswa merasa nyaman berada di dalam lingkungan kelas digital yang telah dibangun oleh guru. Kenyamanan tersebut dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa memiliki para siswa terhadap kelas dan membuat mereka merasa menjadi bagian penting dari kelas tersebut. Dengan demikian mereka akan berusaha untuk melibatkan diri secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Encouragement atau dorongan kepada siswa juga diberikan di tahap ini untuk menumbuhkan dan menguatkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan mampu mengikuti dengan baik seluruh proses pembelajaran. Gambaran mengenai kegiatan pembelajaran yang menyenangkan juga perlu disampaikan sehingga mereka akan bersemangat mengikuti semua proses sejak dari awal hingga akhir pembelajaran.

Contoh sapaan dan motivasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut (Platform yang digunakan dalam contoh adalah Google Classroom, Google Meet, dan Google Docs).

“Hallo, apa kabar semua? Apakah ada yang sedang ingin pergi jalan-jalan? Kemana tempat impian yang ingin kalian kunjungi? Apakah kalian pernah mendapatkan informasi tentang tempat wisata bersejarah? Ada banyak sekali tempat wisata bersejarah di Indonesia bahkan dunia. Contohnya adalah Candi Borobudur, Hagia Shopia, Menara Eifel, Piramida, Tembok Raksasa Cina, dll. Mungkin tempat-tempat tersebut bisa menjadi rekomendasi untuk kalian kunjungi. Tempat-tempat tersebut sesuai dengan materi yang akan kita pelajari hari ini yaitu teks deskripsi tentang tempat bersejarah. Jadi, kita akan belajar sambal menikmati informasi mengenai tempat-tempat bersejarah. Yuk, jalan-jalan. Pastikan semua stay tune di 90 menit ke depan, ya, agar tidak ada yang tertinggal info tentang tempat bersejarah di dunia yang pastinya luar biasa.”

Model 5 tahapan salmon merupakan sebuah proses dengan konsep seperti tangga yang memiliki alur langkah dari bawah ke atas. Menurut Prof. Gilly Salmon keberhasilan langkah pertama bisa berpengaruh pada keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Oleh karena itu, seperti penjelasan di atas, perlu diperhatikan kunci keberhasilan pada tahap pertama ini yaitu memastikan semua siswa memiliki:

  • akses yang mudah pada platform dan sistem yang digunakan untuk belajar

 

  • motivasi untuk terlibat aktif dalam semua kegiatan pembelajaran

 

Tahap 2 Sosialisasi Online

Tahap kedua yaitu sosialisasi online adalah tahapan untuk membuat siswa lebih familiar dengan platform yang akan digunakan. Hal itu dapat dilakukan dengan mengumumkan platform dan penjelasan singkat penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap 2 ini juga melibatkan setiap siswa untuk membangun identitas mereka dalam kelompok belajar. Mereka akan dibagi dalam beberapa kelompok untuk bekerja sama. Tugas guru pada tahap ini adalah menciptakan komunitas mikro kecil melalui pembelajaran yang aktif dan interaktif. Pembagian kelompok dapat menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan aplikasi yang dapat memilih siswa secara random atau bisa juga berdasarkan kebijaksanaan guru agar kerja kelompok berjalan dengan baik.

Contoh langkah pembelajaran pada tahap 2 adalah:

  • siswa membaca informasi dari guru, misalnya, “Di bagian pertama ini kita akan bertemu di Google Classroom, kemudian kalian dapat mengakses video dan materi yang sudah diletakkan di Google Classroom. Kalian bisa mempelajari tentang apa, sih, definisi teks deskripsi dan seperti apa bagian-bagiannya. Sedangkan selama pembelajaran kita akan berdiskusi melalui Google Meet.”

 

  • siswa melanjutkan kegiatan di tahap pertama yaitu membaca materi tentang definisi dan bagian-bagian atau struktur teks deskripsi yang telah diunggah di Goolge Classroom

 

  • siswa dan guru mendiskusikan materi teks deskripsi melalui Google Meet

 

  • siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil

 

  • setiap kelompok dimasukkan dalam break out room Google Meets agar nantinya bisa berdiskusi dalam kelompok kecil

 

  • setiap kelompok mendapatkan satu nama tempat bersejarah beserta informasi penting tentang tempat tersebut dalam bentuk video dan teks yang sudah diunggah di Google Classroom.

Dalam tahap ini, siswa diberi motivasi untuk berusaha memahami materi dan semua informasi dengan baik agar mereka dapat berkontribusi secara optimal dalam kelompok.

Tahap 3 Pertukaran Informasi

Pada tahap ketiga inilah guru memberikan fasilitas tugas dan dukungan materi pembelajaran kepada siswa. Setiap siswa dalam masing-masing kelompok akan berdiskusi dan saling bertukar informasi mengenai topik yang dibahas. Diskusi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui tugas maupun projek yang akan diselesaikan. Oleh karena itu guru harus memastikan bahwa setiap kelompok sudah memahami alur diskusi. Guru dapat memfasilitasi siswa dengan memberi outline diskusi atau pertanyaan panduan sehingga arah diskusi menjadi lebih jelas.

Contoh tahap pertukaran informasi ini adalah sebagai berikut:

  • Setiap kelompok sudah berada di breakout room Google Meet yang telah dibuat oleh guru sebagai host

 

  • Setiap anggota kelompok mempelajari dan mengumpulkan informasi penting mengenai tempat bersejarah yang menjadi bagian mereka

 

  • Guru memberikan outline untuk didiskusan berdasarkan topik yang didapatkan setiap kelompok (contoh outline ada dalam gambar di bawah ini)

Discussion outline about descriptive text

  • Diskusi berjalan, setiap siswa harus berkontribusi menyampaikan informasi yang diperoleh saat membaca teks dan melihat video pada kegiatan sebelumnya

 

  • Kelompok menyusun hasil diskusi berupa informasi penting tentang tempat bersejarah yang menjadi bagian mereka

 

Tahap 4 Konstruksi Pengetahuan

Pada tahap keempat, guru dapat merencanakan interaksi siswa menjadi lebih kolaboratif dan team oriented dengan memfasilitasi mereka proses konstruksi pengetahuan. Siswa diberi kesempatan untuk tidak hanya menjadi konsumen akan tetapi juga menjadi kontributor pengetahuan. Area kemampuan untuk dikembangkan melalui tahap ini dapat meliputi kreativitas, berpikir kritis dan praktis, discovery, aplikasi dan latihan. Jika guru berhasil menerapkan tahap demi tahap dari awal dengan baik maka siswa akan merasa senang dan poin dalam tahapan ini pun berhasail dicapai.

Contohnya, setelah siswa menyusun hasil diskusi berupa informasi penting mengenai tempat bersejarah, kemudian mereka menuliskannya menjadi sebuah teks deskripsi dalam Google Docs yang dapat diakses bersama oleh semua anggota kelompok. Melalui Google Docs inilah kolaborasi kontribusi siswa dilakukan untuk menyusun sebuah teks deskripsi tentang tempat bersejarah. Teks ini harus dibuat sesuai dengan kaidah teks deskripsi yang telah dipelajari di awal pembelajaran. Dengan demikian, semua anggota kelompok harus saling support dan berkontribusi agar hasil kerja kelompoknya menjadi maksimal.

Setelah teks deskripsi selesai disusun, semua kelompok memposting karya mereka di sebuah blog travelling yang telah disiapkan oleh guru. Kemudian, setiap siswa mengunjungi semua karya yang telah dibuat oleh setiap kelompok. Secara mandiri siswa memberikan komentar terhadap karya teman-teman mereka. Komentar tersebut dapat mengenai isi teks, struktur teks, dan kesan atau impian mereka terkait hal atau tempat yang dibahas dalam teks.

 

Tahap 5 Review

Kegiatan pada tahap 5 adalah review yang dapat dilakukan melalui refleksi dan evaluasi. Hal ini penting dilakukan guna untuk mengetahui pemahaman setiap siswa. Refleksi dapat dilakukan dengan meminta siswa menuliskan apa yang telah dipahami, belum dipahami, dan ingin lebih dipahami lagi dalam kolom diskusi atau Google Docs. Siswa juga dapat diminta untuk menambahkan emoticon 😊 atau ☹️ untuk merefleksikan perasaan mereka selama mengikuti proses pembelajaran. Selain itu refleksi juga dapat dilakukan secara lisan melalui voice note. Guru dapat memberikan respon mengenai apa yang ingin dipahami  siswa lebih lanjut dan juga link yang bisa mereka kunjungi.Sedangkan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan ujian tertulis menggunakan Google Form atau aplikasi quiz online lainnya. Feedback dari guru tentang proses dan hasil pembelajaran juga bisa dilakukan di tahap ini.

Kesimpulan

Seperti telah dibahas di atas, model 5 tahapan salmon adalah sebuah framework yang dapat digunakan oleh guru dan pendesain pembelajaran dalam membangun sebuah pembelajaran online dan blended learning. Tahapan pembelajaran online yang dibuat oleh Prof. Gilly Salmon ini terdiri dari akses dan motivasi, team building, pertukaran informasi, konstruksi pengetahuan, dan review. Framework tersebut memiliki konsep meningkat seperti tangga dari bawah ke atas. Keberhasilan dalam menerapkan langkah pertama bisa berpengaruh pada keberhasilan langkah-langkah selanjutnya.

Dapatkan Update Artikel Kami!

* indicates required