Blended learning merupakan salah satu topik pendidikan yang sedang banyak diperbincangkan. Institusi pendidikan di berbagai negara, khususnya pendidikan tingkat menengah ke atas, juga sudah mulai banyak menerapkan blended learning. Model pembelajaran blended learning awalnya bermula dari pembelajaran jarak jauh yang sudah ada sejak tahun 1720. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi peserta didik agar tetap dapat mengikuti pembelajaran meskipun tidak dapat menghadiri kelas tatap muka karena kendala waktu dan tempat atau kondisi geografis. Setelah mengevaluasi kelemahan dan kelebihannya, ditemukan bahwa ada beberapa fitur pembelajaran tatap muka yang tidak dapat tergantikan dalam pembelajaran jarak jauh. Kemudian, lahirlah blended learning yang mengkombinasikan fitur-fitur penting dari pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh (online learning atau elearning).

Perkembangan pesat teknologi komputer berbasis multimedia dan internet sekitar tahun 2002 membuat blended learning dimaknai setara dengan hybrid learning. Istilah tersebut merujuk pada sebuah konsep pembelajaran yang mengkombinasikan model pembelajaran tatap muka dengan model pembelajaran yang berbasis komputer untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan blended learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui harmonisasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.Terlepas dari pro dan kontra terkait keefektifan penerapan blended learning, Caner (2012) dalam sebuah jurnal berjudul “The Definition of Blended Learning in Higher Education” menemukan bahwa masih terdapat keambiguan dalam memahami makna blended learning disebabkan ada banyaknya definisi dari blended learning. Padahal pemahaman mendasar yang baik terhadap makna tersebut merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kesuksesan penerapan blended learning itu sendiri.

Definisi blended learning memang cukup banyak disajikan dalam berbagai studi. Menurut Chew, Norah, dan Turner (2008), definisi blended learning bergantung pada berbagai kebutuhan dan persyaratan dari individu dan kelompok, dalam hal ini institusi pendidikan. Persyaratan tersebut bisa saja dibuat dengan memperhatikan kondisi guru dan siswa dari institusi tersebut. Berikut kami sajikan definisi blended learning menurut beberapa studi.

Latser (2004) dalam sebuah artikel berjudul “Blended Learning: Driving Forward Without Definition” menyatakan bahwa ada yang mengartikan blended learning sebagai kombinasi dua instruksi atau metode pembelajaran apa pun. Bahkan menurut Baldwin-Evans (2006) pengertian blended learning itu sesederhana mengkombinasikan dua metode pembelajaran yang berbeda dalam proses pembelajaran formal dan informal, misalnya menonton film dokumenter di rumah (pembelajaran informal) setelah di kelas mempelajari materi sejarah (pembelajaran formal).

Definisi blended learning menurut Lanham, Augar, dan Zhou (2005) adalah kombinasi antara pembelajaran tatap muka tradisional dengan pembelajaran online yang menggunakan teknologi pembelajaran online synchronous (sinkron) dan asynchronous (asinkron). Yang dimaksud dengan synchronous adalah fasilitas pembelajaran online yang dipimpin oleh fasilitator atau guru pada real time. Artinya, meskipun pembelajaran dilakukan secara online, namun guru dan siswa harus standby pada waktu yang sama dan siswa melaksanakan instruksi dari guru pada saat itu juga. Contoh strategi pembelajaran sinkron adalah konferensi video, telekonferensi, live chat, dan ceramah streaming langsung. Sedangkan asynchronous adalah fasilitas pembelajaran online yang tidak mengharuskan guru dan siswa standby pada waktu yang sama. Waktu siswa untuk membaca materi, menyelesaikan tugas, dan melakukan evaluasi atau ujian menjadi lebih fleksibel. Strategi pembelajaran asinkron biasanya melibatkan modul pembelajaran mandiri, streaming konten video, perpustakaan virtual, posting catatan belajar, dan diskusi di platform pembelajaran atau di media sosial.

Berdasarkan definisi blended learning dari beberapa studi, Driscoll (2002) membagi blended learning ke dalam empat konsep utama, yaitu:

  1. Mengkombinasikan teknologi berbasis web seperti kelas virtual secara live, instruksi self-paced, pembelajaran kolaboratif, streaming video, audio dan teks untuk mencapai tujuan pendidikan.
  2. Mengkombinasikan berbagai pendekatan pedagogi seperti konstruktivisme, behaviorisme, kognitivisme, dll. untuk mewujudkan hasil pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa penggunaan teknologi.
  3. Mengkombinasikan berbagai macam pembelajaran menggunakan teknologi seperti videotape, CD-Room, pembelajaran berbasis web, film, dll. dengan pembelajaran tatap muka yang dikelola langsung oleh guru.
  4. Mengkombinasikan teknologi pembelajaran dengan tugas kerja yang aktual sehingga menciptakan efek yang baik dan harmonis antara belajar dan bekerja.

Blended learning merupakan kombinasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (Reay’s, 2001 dan Rothery’s, 2004). Definisi tersebut juga sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Osguthorpe dan Graham (2003) yaitu kombinasi sistem pembelajaran tatap muka dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Penggunaan internet dalam hal ini adalah sebagai sebuah sistem untuk memfasilitasi pembelajaran agar berlangsung dengan baik, bukan sekedar untuk menampilkan sebuah halaman website di layar ruang kelas.

Secara lebih rinci, Allen dan Seaman (2003) membuat klasifikasi tipe pembelajaran berdasarkan presentase penyampaian materi secara online. Klasifikasi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Proporsi Penyampaian Materi Secara Online Tipe Pebelajaran Keterangan
0% Tradisional Materi disampaikan secara lisan atau tulisan, tidak ada penggunaan teknologi sama sekali.
1 – 29% Fasilitas Web Web digunakan untuk memposting silabus, tugas, dll.
30-70% Blended Kombinasi pembelajaran tatap muka dan online. Penyampaian materi dan diskusi dapat dilakukan secara online. Namun, pada proporsi tertentu pembelajaran tatapmuka tetap dilaksanakan.
80+% Online Hampir semua konten pembelajaran dilakukan secara online, tidak ada pembelajaran tatap muka sama sekali.

Dengan demikian, oleh Allen dan Seaman (2003), blended learning didefinisikan sebagai sistem pembelajaran yang memiliki proporsi 30% sampai dengan 70% penyampaian materi secara online.

Setelah mengulas beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa blended learning  adalah kombinasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis internet yang memiliki ciri-ciri pengurangan waktu pembelajaran tatap muka, 30% sampai 70% konten pembelajaran diberikan secara online, serta memfasilitasi penerapan pembelajaran sinkron dan asinkron. Dengan memahami definisi blended learning, diharapkan model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran pun tercapai.

Dapatkan Update Artikel Kami!

* indicates required